Kabar terbaru dari kasus hukum Ammar Zoni selalu menarik perhatian publik. Setelah dipindah ke Pulau Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, muncul kendala baru yang cukup serius. Kuasa hukum Ammar Zoni, Jon Matias, mengungkapkan bahwa ia kesulitan menjalin komunikasi dengan kliennya. Tentu saja, situasi ini membuat proses pembelaan Ammar jadi lebih rumit.
Ada Apa dengan Komunikasi Ammar Zoni di Nusakambangan?
Anda mungkin bertanya-tanya, mengapa komunikasi menjadi sangat sulit? Ternyata, Jon Matias harus mendapatkan izin khusus dari pihak Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Dirjen PAS) untuk bisa menghubungi Ammar. Padahal, konsultasi antara pengacara dan klien itu kan penting banget, apalagi dalam kasus hukum yang sedang berjalan.
Prosedur Ketat Pasca Pemindahan ke Nusakambangan
Pemindahan Ammar Zoni ke Nusakambangan memang membawa implikasi tersendiri. Sebagai lembaga pemasyarakatan dengan pengamanan tinggi, Nusakambangan tentu punya prosedur yang ketat. Ini wajar, tapi di sisi lain, bisa menghambat komunikasi yang efektif antara Ammar dan tim pembelanya. Jon Matias sendiri mengakui bahwa ia sangat memerlukan komunikasi ini untuk menyusun eksepsi atau pembelaan.
Mengapa Komunikasi Ammar Zoni Penting untuk Pembelaan?
Dalam proses hukum, komunikasi yang intens antara terdakwa dan pengacara itu krusial. Terutama untuk menyusun “eksepsi”, yaitu pembelaan awal terhadap dakwaan jaksa. Ada beberapa alasan mengapa komunikasi ini tak bisa ditawar:
- Pengumpulan Informasi: Pengacara perlu detail dan kronologi langsung dari klien.
- Strategi Pembelaan: Membahas pendekatan terbaik untuk menghadapi tuntutan.
- Hak Hukum: KUHAP menegaskan hak terdakwa untuk berkonsultasi tanpa batas dengan pengacara.
- Kebenaran Materiil: Memastikan semua fakta terungkap demi keadilan.
Inilah yang membuat Jon Matias merasa sangat terhambat. Kondisi saat ini justru membatasi hak Ammar Zoni untuk mendapatkan pembelaan yang maksimal.
Sidang Online vs. Kebutuhan Konsultasi Tatap Muka
Jon Matias terakhir kali berkomunikasi dengan Ammar Zoni saat sidang perdana kasus narkoba pada Kamis, 23 Oktober lalu. Itu pun sidangnya dilakukan secara online.
Keterbatasan Sidang Online dalam Konsultasi
Saat sidang online, komunikasi memang bisa terjalin, tapi jelas sangat terbatas. “Ya pasti terbatas lah,” ujar Jon. Kualitas dan kedalaman diskusi yang bisa dilakukan tentu berbeda jauh dengan pertemuan tatap muka. Padahal, untuk masalah sepenting pembelaan, detail kecil pun bisa sangat berarti. Bisa jadi, ini menghambat strategi pembelaan Ammar Zoni secara keseluruhan.
Dorongan Kuasa Hukum untuk Sidang Offline
Melihat kondisi ini, Jon Matias dan juga Ammar Zoni sendiri sangat berharap agar sidang selanjutnya bisa dilakukan secara offline. Dengan begitu, mereka bisa berkomunikasi dengan lebih leluasa dan efektif. Tentu saja, ini demi memastikan hak Ammar Zoni untuk mendapatkan pembelaan yang maksimal. Berita selebriti seperti ini memang selalu jadi sorotan, apalagi menyangkut proses hukum.
Langkah Selanjutnya dari Pihak Kuasa Hukum Ammar Zoni
Meskipun menghadapi tantangan, Jon Matias berkomitmen untuk terus berkoordinasi dengan pihak kejaksaan. Ia akan terus mendesak agar permohonan sidang offline Ammar Zoni dipertimbangkan. Saat ini, permohonan tersebut sedang dalam pertimbangan hakim.
“Kita tengok lah minggu depan. Kalau enggak ya kita akan mendesak terus,” tegas Jon. Ini menunjukkan keseriusan tim kuasa hukum untuk memastikan kliennya mendapatkan hak hukumnya secara penuh. Publik juga pasti menantikan bagaimana kelanjutan kasus narkoba yang menyeret nama Ammar Zoni ini. Semoga saja ada titik terang terkait kemudahan komunikasi antara Ammar Zoni di Nusakambangan dan kuasa hukumnya, ya. Proses hukum yang adil dan transparan adalah harapan semua pihak.
