Siapa sih yang nggak kenal dengan Pantai Kelingking di Nusa Penida? Destinasi wisata ini memang sudah sangat ikonik, terkenal dengan pemandangan tebingnya yang mirip Tyrannosaurus Rex dan lautan birunya yang memukau. Rasanya, belum lengkap liburan ke Bali tanpa mampir ke surga tersembunyi ini, bukan?
Tapi, ada kabar kurang menyenangkan yang kini ramai jadi perbincangan. Keindahan Pantai Kelingking yang selama ini jadi incaran fotografer dan pecinta alam, kini disebut-sebut ‘dirusak’ dengan adanya proyek Lift Kaca Pantai Kelingking. Ya, Anda tidak salah baca. Pemasangan kerangka besi untuk lift kaca ini memicu gelombang kemarahan dari netizen di media sosial!
Ada Apa di Balik Proyek Kontroversial Lift Kaca Pantai Kelingking?
Kabar mengenai pembangunan Lift Kaca Pantai Kelingking ini memang langsung viral, bikin banyak orang geleng-geleng kepala. Bayangkan saja, pemandangan alami yang begitu memesona, kini harus terhalang oleh struktur besi raksasa. Tapi, apa sebenarnya tujuan di balik proyek besar ini?
Menurut informasi yang beredar, kerangka besi tersebut punya tinggi sekitar 182 meter. Fungsinya? Konon, untuk memudahkan wisatawan mencapai bibir pantai tanpa perlu bersusah payah menuruni tebing curam atau ratusan anak tangga yang selama ini jadi ‘tantangan’ tersendiri.
Siapa di Balik Proyek Besar Ini?
Proyek ambisius Lift Kaca Pantai Kelingking ini kabarnya sudah dimulai sejak Juli 2023. Ini adalah hasil kerja sama antara investor asal China, PT BNP, dengan Banjar Adat Karang Dawa. Nantinya, lift kaca ini juga bakal dilengkapi platform kaca di setiap 20 meternya. Tujuannya? Tentu saja biar pengunjung bisa berfoto-foto ria sambil menikmati panorama dahsyat dari ketinggian. Cukup menarik, kan?
Suara Netizen: Antara Kemudahan dan ‘Kerusakan’ Keindahan
Meski tujuan proyek ini diklaim baik, reaksi netizen justru sangat negatif. Banyak yang menyayangkan pembangunan Lift Kaca Pantai Kelingking ini karena dianggap merusak keaslian dan keindahan alam.
Berbagai komentar pedas membanjiri media sosial:
- “Ya ampun, belum sempat ke sana sudah digituin saja, tega bener jadi gak bagus,” keluh salah satu netizen.
- “Padahal tinggal buat jalur yang aman daripada dibikin lift,” usul lainnya.
- Ada juga yang berkomentar, “Kayaknya mau dibikin jembatan kaca atau gimana sih, sungguh sangat disayangkan.”
Bagi sebagian orang, pengalaman menuruni ratusan anak tangga adalah bagian dari petualangan dan ‘perjuangan’ untuk bisa menikmati keindahan Pantai Kelingking yang sesungguhnya. Mereka beranggapan, keindahan sejati memang diciptakan untuk mereka yang mau berjuang, bukan sekadar instan.
Dampak Jangka Panjang: Mengorbankan Keaslian Demi Fasilitas?
Kontroversi ini membuka diskusi lebih luas tentang bagaimana kita mengelola destinasi wisata Bali yang ikonik. Di satu sisi, fasilitas modern seperti lift kaca bisa menarik lebih banyak wisatawan dan meningkatkan aksesibilitas, terutama bagi mereka yang mungkin kesulitan menuruni tebing. Namun di sisi lain, apakah fasilitas ini sepadan dengan hilangnya nuansa alami dan keaslian yang selama ini menjadi daya tarik utama keindahan alam Nusa Penida?
Pertanyaan ini tentu jadi pekerjaan rumah besar bagi kita semua, bukan? Bagaimana menurut Anda? Apakah kehadiran Lift Kaca Pantai Kelingking akan benar-benar menjadi nilai tambah atau justru menghilangkan esensi dari salah satu tempat wisata viral paling menawan di Indonesia ini?
